Kebangkitan Timnas Indonesia Jadi Sorotan Asia Tenggara
Dalam beberapa tahun terakhir, Timnas Indonesia mengalami transformasi signifikan di bawah asuhan pelatih Shin Tae-yong. Dari tim yang sempat dipandang sebelah mata, kini Garuda tampil percaya diri menghadapi lawan-lawan kuat di kawasan Asia. Tak heran jika legenda sepak bola Malaysia, Safee Sali, secara terbuka menyebut bahwa Malaysia enggan menghadapi Indonesia di FIFA Matchday bukan tanpa alasan. Bukan karena takut, kata dia, tapi karena Indonesia kini berada di level berbeda.
Pernyataan Safee Sali itu seolah menjadi angin segar bagi pecinta sepak bola Tanah Air. Dalam sebuah wawancara yang viral di media sosial, Safee mengatakan bahwa Timnas Indonesia berkembang sangat cepat dan bahkan disebut-sebut sebagai salah satu tim yang berpotensi tampil di Piala Dunia dalam beberapa edisi ke depan. Hal ini tentu kontras dengan kondisi Timnas Malaysia, yang dinilai stagnan dan belum menunjukkan peningkatan signifikan.
Transisi yang dialami Timnas Indonesia bukan terjadi dalam semalam. Proses panjang dimulai sejak kedatangan Shin Tae-yong pada akhir 2019. Ia membawa metode latihan modern, disiplin tinggi, serta strategi yang lebih fleksibel. Kombinasi antara pemain muda lokal dan naturalisasi menjadikan Garuda lebih kompetitif. Pencapaian seperti lolos ke Piala Asia 2023 dan performa meyakinkan di kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia adalah buktinya.
Ketakutan atau Strategi? Malaysia Dihujani Kritik
Isu bahwa Malaysia menolak menghadapi Indonesia di FIFA Matchday bukanlah sekadar rumor. Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) memang tidak memasukkan nama Timnas Indonesia dalam daftar calon lawan untuk laga uji coba internasional. Keputusan itu memicu kontroversi dan kritik dari publik Malaysia sendiri. Banyak yang menilai bahwa FAM terlalu hati-hati, bahkan dianggap takut melihat kemajuan pesat yang diraih Timnas Garuda.
Beberapa pengamat sepak bola Malaysia menyayangkan sikap federasi tersebut. Menurut mereka, uji coba melawan tim kuat seperti Indonesia justru akan menguntungkan bagi perkembangan pemain. Namun, Safee Sali punya pandangan lain. Dalam sebuah pernyataan yang cukup berani, ia mengatakan bahwa “Indonesia sekarang berbeda. Mereka sudah masuk ke level Asia, bukan hanya Asia Tenggara.”
Pernyataan ini mempertegas bahwa ada kesenjangan yang mulai terasa antara dua negara yang sebelumnya sering bersaing ketat di lapangan hijau. Jika dahulu pertandingan Indonesia vs Malaysia selalu berlangsung imbang atau penuh drama, kini kekuatan mulai bergeser. Tak hanya dari segi taktik, tapi juga dalam hal mentalitas dan struktur organisasi sepak bolanya.
Peningkatan Signifikan Timnas Indonesia di Era Shin Tae-yong
Di bawah kepemimpinan Shin Tae-yong, Timnas Indonesia menunjukkan berbagai capaian yang mengesankan. Salah satunya adalah keberhasilan mengalahkan tim-tim kuat seperti Vietnam dan Thailand, yang sebelumnya menjadi dominator sepak bola Asia Tenggara. Gaya bermain yang agresif, struktur pertahanan yang solid, dan keberanian mengontrol permainan membuat Garuda tampil layaknya tim elite Asia.
Tak hanya itu, kehadiran pemain naturalisasi seperti Jordi Amat, Sandy Walsh, dan Rafael Struick memberikan dimensi baru dalam permainan Timnas Indonesia. Mereka membawa pengalaman bermain di liga Eropa dan membantu para pemain muda lokal berkembang pesat. Di sisi lain, FAM justru masih belum membuka keran naturalisasi secara agresif, sehingga terjadi kesenjangan kualitas yang semakin nyata.
Kalimat transisi penting di sini: peningkatan ini tidak lepas dari reformasi struktural yang dilakukan oleh PSSI. Mereka kini mulai serius membangun sistem pembinaan usia dini yang berkelanjutan. Program Garuda Select, Elite Pro Academy, dan peningkatan kualitas Liga 1 menjadi fondasi kuat bagi kebangkitan sepak bola Indonesia.
Sementara itu, Malaysia belum menunjukkan langkah progresif serupa. Meski sempat tampil apik di Piala AFF 2022, namun ketidakkonsistenan performa membuat publik mulai kehilangan harapan. Karena itu, banyak yang mendesak agar FAM membuka diri dan mencontoh strategi yang diterapkan oleh Indonesia.
Safee Sali: Indonesia Punya Mental Juara
Safee Sali, yang dikenal sebagai striker tajam Malaysia di masa keemasannya, tidak ragu memuji kemajuan Timnas Indonesia. Dalam komentarnya, ia menekankan bahwa Indonesia kini bermain dengan mentalitas berbeda, bukan sekadar ingin menang, tapi ingin mendominasi. Hal ini, menurutnya, terlihat jelas dalam laga-laga kompetitif maupun uji coba.
“Mereka bermain seperti tim besar. Fokus, disiplin, dan punya struktur permainan yang kuat. Malaysia belum sampai di sana.” ujar Safee dalam sebuah wawancara podcast sepak bola lokal. Ia menilai bahwa kehadiran pelatih kelas dunia serta pemain-pemain berpengalaman menjadi pembeda utama antara kedua tim saat ini.
Dengan gaya bermain menyerang dan pressing tinggi, Timnas Indonesia mampu menekan lawan sejak menit awal. Bahkan ketika menghadapi tim yang secara peringkat FIFA lebih tinggi, Indonesia tidak terlihat gentar. Hal ini sangat kontras dengan pendekatan Malaysia yang masih konservatif dan sering bermain bertahan saat menghadapi lawan kuat.
Safee menyarankan agar FAM lebih terbuka dan berani mengambil risiko. Menurutnya, menghadapi Indonesia di FIFA Matchday justru akan mengasah mental dan mempercepat proses perkembangan tim. Ia menegaskan bahwa menghindari lawan kuat bukan solusi, melainkan hambatan.
Publik Asia Mulai Mengakui Indonesia sebagai Kekuatan Baru
Tak hanya di kawasan ASEAN, kini negara-negara Asia mulai memperhitungkan keberadaan Timnas Indonesia. Hal ini terlihat dari peningkatan peringkat FIFA dan undangan untuk mengikuti turnamen internasional yang lebih kompetitif. Media-media olahraga Asia mulai menyoroti performa mengesankan skuad Garuda di ajang internasional.
Salah satu momen penting adalah ketika Timnas Indonesia berhasil menahan imbang Irak dan mengalahkan Turkmenistan di kualifikasi Piala Dunia. Hasil itu menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya mampu berbicara di tingkat regional, tetapi juga mampu bersaing di level Asia yang lebih luas. Inilah yang menjadi alasan utama mengapa negara seperti Malaysia kini mulai berpikir ulang untuk menghadapi Indonesia di laga resmi.
Transisi yang menarik untuk dicermati adalah bagaimana pergeseran kekuatan sepak bola ASEAN kini menjadikan Indonesia sebagai benchmark baru. Negara-negara tetangga yang sebelumnya lebih unggul secara historis kini merasa tertinggal. Hal ini menciptakan tantangan tersendiri, baik dalam hal persiapan teknis maupun mental.
Sementara itu, publik Indonesia menyambut baik pengakuan dari tokoh seperti Safee Sali. Mereka menilai bahwa ini adalah bentuk apresiasi atas kerja keras tim dan dukungan yang terus mengalir dari suporter. Tagar seperti #GarudaNaikLevel dan #IndonesiaMenujuPialaDunia mulai ramai di media sosial sebagai bentuk semangat baru dalam dunia sepak bola nasional.
Menuju Masa Depan: Indonesia Di Atas Angin?
Dengan melihat seluruh perkembangan yang ada, tak berlebihan jika mengatakan bahwa Timnas Indonesia kini di atas angin. Progres yang diraih bukan hanya soal hasil pertandingan, tapi juga dari sisi struktur, mentalitas, dan visi jangka panjang. Shin Tae-yong telah membawa budaya baru dalam sepak bola nasional yang lebih modern dan terukur.
Jika tren positif ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin Indonesia benar-benar akan tampil di Piala Dunia dalam waktu dekat. Apalagi dengan sistem baru FIFA yang memperbanyak kuota Asia, peluang untuk lolos menjadi semakin realistis. Inilah yang membuat negara-negara lain, termasuk Malaysia, mulai menyadari bahwa Indonesia kini bukan lagi tim penggembira.
Sebaliknya, Malaysia harus melakukan evaluasi besar-besaran jika ingin mengejar ketertinggalan. Kritik dari legenda seperti Safee Sali bukanlah bentuk pesimisme, melainkan ajakan untuk berubah. Ia berharap FAM bisa mengambil langkah progresif, termasuk dengan berani menantang tim-tim seperti Indonesia di masa mendatang.
Pada akhirnya, persaingan sehat di Asia Tenggara akan membawa manfaat bagi semua pihak. Jika Malaysia dan negara lain bisa mengikuti jejak Indonesia, maka kawasan ini bisa menjadi kekuatan baru di kancah sepak bola Asia. Dan untuk Indonesia, jalan menuju Piala Dunia tinggal selangkah lebih dekat — selama konsistensi, disiplin, dan dukungan terus terjaga.