Tim nasional sepak bola Indonesia kembali mendapat sorotan setelah FIFA menjatuhkan sanksi menjelang pertandingan krusial melawan China pada 5 Juni 2025. Sanksi ini menyangkut denda finansial serta pembatasan jumlah penonton di stadion.
Latar Belakang Sanksi
Sanksi dari FIFA ini merupakan buntut dari pelanggaran yang terjadi saat laga kualifikasi melawan Bahrain pada 25 Maret 2025. Dalam pertandingan tersebut, sebagian suporter Indonesia diduga melakukan tindakan diskriminatif, yang dianggap melanggar Pasal 15 Kode Disiplin FIFA.
Dua Jenis Hukuman: Denda dan Pembatasan Penonton
FIFA menjatuhkan dua sanksi utama kepada Indonesia:
-
Denda Finansial
Federasi Sepak Bola Indonesia dikenai denda sebesar Rp400 juta akibat insiden tersebut. Ini menjadi bentuk hukuman langsung terhadap pihak penyelenggara. -
Pengurangan Kapasitas Penonton
FIFA juga memberlakukan pengurangan 15% kapasitas penonton untuk pertandingan melawan China di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Pembatasan ini bertujuan untuk mencegah potensi terulangnya perilaku tidak pantas dari suporter.Sanksi Sebelumnya: Masalah Disiplin yang Terulang
Sebelum sanksi ini, Indonesia juga pernah mendapat teguran dari FIFA. Pada laga melawan China tanggal 15 Oktober 2024, timnas dikenai denda sebesar 10.000 franc Swiss (sekitar Rp178 juta) karena keterlambatan kick-off. Ini menunjukkan adanya pola pelanggaran disiplin yang perlu dibenahi.
Evaluasi dan Langkah Perbaikan
Rentetan sanksi ini menjadi peringatan keras bagi seluruh elemen sepak bola Indonesia. PSSI perlu meningkatkan pengawasan dan memberikan edukasi lebih luas kepada suporter mengenai pentingnya menjaga etika dan sportivitas dalam mendukung tim nasional. Upaya pembenahan manajemen pertandingan juga harus diperkuat agar kejadian seperti ini tidak terus terulang.
Penutup
Dengan pertandingan penting melawan China yang tinggal menghitung hari, sanksi dari FIFA menjadi pukulan sekaligus peringatan bagi timnas dan suporter. Diharapkan ke depan, atmosfer pertandingan bisa lebih tertib dan profesional, sehingga dukungan kepada timnas bisa diberikan tanpa harus merugikan nama baik Indonesia di mata dunia.
Penulis : Sandra