– Manchester City harus mengakui keunggulan Crystal Palace di final Piala FA setelah kalah 0-1 di Wembley. Satu-satunya gol laga dicetak oleh Eberechi Eze, sementara City yang mendominasi penguasaan bola gagal membongkar pertahanan The Eagles.

Pep Guardiola tampak kesal setelah pertandingan dan enggan berkomentar panjang lebar tentang momen-momen kontroversial, termasuk insiden yang melibatkan kiper Dean Henderson.

Saat ditanya soal kemungkinan handball Henderson terhadap Erling Haaland yang bisa berujung kartu merah, Guardiola hanya menjawab singkat: “Tanya wasit.”

Kekecewaan pelatih City semakin terlihat ketika ia menolak membahas alasan mengapa Omar Marmoush—bukan Haaland—yang mengambil penalti Palace. “Saya tidak tahu. Mereka yang memutuskan,” ujanya dengan nada datar.

Momen Kontroversial yang Bikin Guardiola Geram

Salah satu sorotan pertandingan terjadi ketika Dean Henderson terlihat menyentuh bola di luar kotak penalti saat menghadapi Erling Haaland.

Pelanggaran itu sempat ditinjau VAR, tetapi wasit memutuskan tidak memberikan kartu merah—keputusan yang mungkin masih menyisakan tanda tanya bagi Guardiola.

Tak lama setelah itu, Henderson kembali menjadi pahlawan dengan menepis penalti Marmoush. Yang mengejutkan, Haaland—yang biasanya menjadi eksekutor andalan—justru tidak mengambil tendangan tersebut.

Guardiola mengaku tidak tahu alasan di balik keputusan itu dan menolak berkomentar lebih jauh.

“Mereka yang memutuskan. Kami tidak bicara soal itu,” ujanya singkat.

Dominasi City yang Tak Berbuah Gol

City menguasai 72% penguasaan bola dan melepaskan 18 tembakan, tetapi hanya 4 yang mengarah ke gawang. Sementara Palace, dengan pertahanan rapat dan keberuntungan, mampu bertahan hingga peluit akhir.

Guardiola enggan menyalahkan siapa pun, tapi ekspresinya memperlihatkan kekecewaan mendalam. “Kami tidak cukup bagus hari ini. Mereka bertahan dengan baik, dan kami gagal memanfaatkan peluang,” ujanya dalam konferensi pers.

Ini menjadi musim pertama sejak 2016-2017 di mana City tidak meraih satu pun trofi—ironis, mengingat mereka menghabiskan hampir £200 juta di bursa transfer Januari lalu.

Sejarah untuk Crystal Palace, Kegagalan untuk City

Bagi Crystal Palace, kemenangan ini adalah pencapaian monumental. Setelah dua kali menjadi runner-up (1990 dan 2016), akhirnya mereka membawa pulang Piala FA untuk pertama kalinya.

Sementara City harus pulang dengan tangan hampa. Dominasi mereka di Premier League dan Liga Champions kandas, dan kini Piala FA juga lepas. Pertanyaan besar kini mengintai: Apa yang salah dengan City musim ini?

Guardiola mungkin membutuhkan evaluasi mendalam sebelum musim depan, sementara Palace bisa merayakan prestasi terbesar mereka sepanjang sejarah.

 

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *