Pada musim terakhir, Chelsea tampil inkonsisten di berbagai kompetisi utama. Meskipun begitu, publik tetap memperhatikan beberapa performa individu yang menonjol dari skuad muda tersebut. Dengan demikian, banyak yang mulai membandingkan kualitas para pemain Chelsea dengan klub-klub besar lainnya, termasuk Paris Saint-Germain yang dikenal memiliki jajaran pemain bintang bertaraf dunia.
PSG yang mendominasi Ligue 1 terus memperkuat barisan pemainnya. Oleh karena itu, wajar jika hanya sedikit pemain dari tim lain yang dinilai pantas masuk skuad utama mereka. Namun, analisis taktik dan statistik performa menunjukkan bahwa hanya satu pemain Chelsea yang layak menembus starting XI PSG, dan sosok itu bukanlah Cole Palmer.
Cole Palmer memang menjadi sorotan utama sejak bergabung dengan Chelsea. Walaupun demikian, posisinya sebagai winger atau playmaker telah dipenuhi oleh pemain bintang di PSG seperti Ousmane Dembélé dan Vitinha. Akibatnya, peluang Palmer untuk menembus lini depan PSG secara langsung dinilai cukup kecil oleh para analis sepak bola ternama Eropa.
Sebaliknya, perhatian kini tertuju pada bek muda Chelsea, Levi Colwill. Faktanya, performanya di lini pertahanan musim lalu terbilang konsisten, bahkan melebihi beberapa bek tengah PSG. Maka dari itu, Colwill kini digadang-gadang sebagai satu-satunya pemain Chelsea yang layak masuk starting XI PSG, khususnya di lini belakang yang masih belum solid.
Data statistik mendukung klaim ini. Misalnya, Colwill mencatatkan rataan 3,2 tekel sukses per laga, sementara bek PSG seperti Marquinhos hanya mencatatkan 2,5. Selain itu, Colwill juga unggul dalam duel udara, distribusi bola, serta kemampuan membangun serangan dari belakang, menjadikannya aset berharga untuk sistem permainan PSG.
Para pengamat Premier League juga memberikan pujian terhadap perkembangan Colwill. Tidak hanya itu, ia dipercaya sebagai pemimpin muda di lini belakang oleh pelatih Chelsea. Selanjutnya, reputasinya sebagai bek modern yang tenang dan tangguh membuat banyak klub Eropa mempertimbangkan Colwill sebagai bagian dari strategi jangka panjang.
Jika dibandingkan secara peran, Colwill dapat menjadi alternatif ideal bagi Lucas Hernández. Karena itu, PSG dapat mempertimbangkan opsi rotasi atau bahkan regenerasi skuad. Lebih dari itu, Levi Colwill memiliki gaya bermain yang cocok dengan taktik Luis Enrique, yang menyukai bek tengah yang mampu membangun serangan dari bawah dengan visi tajam.
Sementara itu, penilaian terhadap pemain Chelsea lainnya kurang mengesankan. Sebagai contoh, Enzo Fernández sempat diharapkan bersinar, tetapi performanya belum konsisten. Kemudian, Raheem Sterling dan Reece James pun mengalami penurunan performa akibat cedera dan inkonsistensi, membuat mereka tak dianggap layak masuk tim utama PSG.
Beberapa analis Eropa bahkan membuat daftar kombinasi tim terbaik antara Chelsea dan PSG. Menariknya, hanya Levi Colwill yang secara konsisten muncul dalam daftar sebagai pilihan utama di posisi bek tengah. Berdasarkan hal itu, ia pun dianggap lebih menonjol dibanding Palmer atau Enzo dalam konteks kebutuhan taktis PSG.
Meskipun Palmer memiliki kreativitas luar biasa, PSG telah memiliki cukup banyak pemain kreatif. Sebab itu, Palmer tidak membawa keunikan tambahan yang belum dimiliki PSG. Sebaliknya, Colwill membawa stabilitas dan kualitas bertahan yang sangat dibutuhkan, terutama mengingat PSG masih sering kebobolan dalam laga-laga penting Eropa.
Colwill juga telah dipanggil ke timnas Inggris, menunjukkan kepercayaan tinggi dari pelatih Gareth Southgate. Selanjutnya, pengakuan di level internasional itu memperkuat klaim bahwa ia layak bersaing di level elite Eropa. Jika terus berkembang, tidak menutup kemungkinan PSG akan mengincar jasanya dalam waktu dekat.
PSG memang dikenal agresif dalam perekrutan pemain muda potensial. Maka tak heran, Levi Colwill muncul dalam radar mereka setelah menampilkan musim yang solid bersama Chelsea. Terlebih lagi, usia Colwill yang masih muda menjadikannya opsi jangka panjang yang menjanjikan, selaras dengan visi baru PSG pasca era Neymar dan Messi.
Strategi PSG kini mengarah pada regenerasi skuad yang lebih dinamis. Dengan demikian, pemain seperti Colwill lebih menarik dibanding bintang mapan yang menuntut gaji besar. Selain itu, keberadaan bek Inggris yang fleksibel seperti Colwill akan memperkaya pilihan taktik, baik dalam formasi tiga bek maupun empat bek sejajar.
Publik dan fans Chelsea tentu berharap Colwill tetap bertahan. Namun demikian, godaan untuk bermain di klub besar seperti PSG selalu terbuka lebar. Apalagi, jika PSG mampu menjanjikan menit bermain reguler di kompetisi top seperti Liga Champions, kesempatan tersebut bisa sangat menarik bagi Colwill yang ambisius.
Melihat tren transfer saat ini, pemain muda Inggris semakin diminati klub luar negeri. Contohnya, Jude Bellingham sukses besar di Dortmund dan Real Madrid. Menyusul itu, Colwill bisa menjadi nama berikutnya yang bersinar di luar Inggris, terutama jika PSG benar-benar menjadikan dia target utama di musim mendatang.
Walau banyak pemain Chelsea menunjukkan potensi, hanya sedikit yang benar-benar konsisten. Akhirnya, performa konsisten menjadi pembeda utama Colwill dengan rekan-rekannya. Dengan kata lain, bukan popularitas atau nama besar, melainkan kualitas bertahan dan kontribusi nyata di lapangan yang membuat Colwill layak mendapat tempat di PSG.
Kini pertanyaan muncul, apakah PSG akan bergerak untuk memboyong Colwill? Jika iya, transfer ini bisa menjadi langkah cerdas mereka dalam membentuk lini belakang tangguh. Selain memperkuat tim, langkah ini juga bisa menjadi sinyal bahwa PSG mulai serius membangun skuad masa depan, bukan hanya mengandalkan nama besar.
Sebaliknya, Chelsea harus mulai mempertahankan aset muda seperti Colwill. Jika tidak, mereka berisiko kehilangan talenta yang seharusnya menjadi fondasi masa depan klub. Apalagi, fans Chelsea mulai frustrasi dengan kebijakan transfer yang tak jarang melepas pemain muda potensial terlalu cepat ke klub rival.
Perbandingan antar klub kini tak hanya soal trofi, tapi juga bagaimana mereka mengembangkan pemain. Oleh sebab itu, keberhasilan PSG mendeteksi dan merekrut pemain seperti Colwill akan menjadi contoh klub visioner. Pada akhirnya, hanya waktu yang bisa membuktikan apakah Colwill tetap di London atau menuju Paris.
