13 November 2024; Patrick Kluivert, Former Barcelona & Holland Striker; on Marketing Summit Stage during day two of Web Summit 2024 at the MEO Arena in Lisbon, Portugal. Photo by Lukas Schulze/Web Summit via Sportsfile

Tim nasional Indonesia baru-baru ini menyelesaikan dua pertandingan persahabatan internasional dengan hasil yang cukup berbeda. Skuad Garuda menang 6-0 melawan Tionghoa Taipei, tetapi kemudian ditahan imbang 0-0 oleh Lebanon di Surabaya.

Kedua pertandingan ini bukan sekadar ajang uji kemampuan, tetapi juga ajang eksperimen bagi pelatih Patrick Kluivert saat ia berupaya membangun identitas baru bagi Si Merah Putih.

Dari warisan menjadi eksperimen

Sejak Kluivert resmi mengambil alih , Indonesia telah memainkan empat pertandingan di babak ketiga kualifikasi Asia untuk Piala Dunia FIFA 2026™ . Ia mencoba membuat perubahan radikal pada sistem permainan, tetapi kekalahan telak 5-1 dari Australia menjadi peringatan keras: transisi tidak dapat dilakukan secara instan.

Setelah itu, mantan penyerang bintang Barcelona ini kembali ke fondasi Shin Tae-yong, mengandalkan formasi 3-4-3 dalam pertandingan melawan Tiongkok, Bahrain, dan Jepang. Namun, September ini, babak baru dimulai. Pertandingan persahabatan melawan Tiongkok Taipei dan Lebanon menjadi batu loncatan bagi Kluivert untuk membangun identitas taktisnya sendiri. Lebih dari sekadar merotasi pemain, ia mengubah sistem permainan menjadi formasi 4-4-2, menciptakan tampilan baru bagi tim

Sentuhan baru: Dari bek sayap terbalik menjadi penyerang palsu

Salah satu transformasi yang paling terlihat adalah peran para pemain. Calvin Verdonk, yang biasanya bermain sebagai bek sayap konvensional, diubah menjadi peran terbalik ala Pep Guardiola. Peran ini menawarkan opsi tambahan dalam membangun serangan dan memperpendek jarak antar lini dalam serangan.

Tak lagi sekadar gelandang bertahan, Nathan Tjoe-A-On diturunkan sebagai gelandang agresif peraih bola. Tugas posisi ini adalah memutus aliran bola lawan dan menciptakan ruang, sehingga memberikan lebih banyak kebebasan bagi gelandang kreatif.Dalam pertarungan melawan Lebanon, eksperimennya bahkan lebih berani, dengan Marselino Ferdinan menggantikan striker Mauro Zijlstra, yang bertindak sebagai false nine. Pergerakan ini jelas menunjukkan keinginan Kluivert untuk membangun pola yang benar-benar baru — tidak hanya mengubah formasi, tetapi juga merekonstruksi gaya bermain.

Penguasaan bola tinggi, tetapi…

Skuad Indonesia mendominasi permainan. Dalam pertandingan melawan Lebanon, Indonesia menguasai bola hingga 81 persen. Namun, statistik juga menunjukkan kelemahan yang perlu segera diperbaiki: dari sembilan tembakan, tidak satu pun yang tepat sasaran.

Kreativitas, variasi umpan, dan ketajaman dalam menyerang jelas perlu ditingkatkan. Pertandingan persahabatan membuktikan bahwa Indonesia mampu meningkatkan penguasaan bola mereka, tetapi penguasaan bola tanpa hasil nyata hanyalah angka di atas kertas.

Fondasi pertahanan baru

Selain para penyerang, Kluivert juga membangun pertahanan yang lebih solid. Kevin Diks, yang biasanya bermain sebagai bek kanan, ditempatkan sebagai bek tengah melawan Lebanon — melanjutkan peran barunya bersama Borussia Monchengladbach di Bundesliga. 

Kombinasi Diks dengan Jay Idzes dari Sassuolo tampak menjanjikan. Dipadukan dengan pengalaman Jordi Amat, Justin Hubner, Mees Hilgers, dan talenta lokal seperti Rizky Ridho, lini pertahanan Indonesia memiliki kombinasi yang seimbang antara pengalaman Eropa dan semangat lokal.

Menuju Oktober: Ujian sesungguhnya

Oktober membawa ujian sesungguhnya. Arab Saudi dan Irak adalah lawan dengan Peringkat Dunia FIFA/Coca-Cola yang lebih tinggi dan gaya bermain yang beragam — mulai dari serangan balik cepat hingga penguasaan bola yang berkualitas.

Di sinilah konsistensi taktis, ketajaman para penyerang, dan kekuatan pertahanan akan diuji. Kluivert perlu menyeimbangkan identitas baru dan pragmatisme — tetap berpegang pada filosofi tanpa melupakan kebutuhan untuk mencetak poin.

Kluivert telah memulai perjalanan untuk membentuk wajah baru sepak bola Indonesia. Eksperimen dalam dua pertandingan persahabatan menunjukkan visi yang jelas: penguasaan bola, variasi peran, dan rekonstruksi gaya bermain.

Ia mengaku terkesan dengan respons cepat para pemain terhadap perubahan yang ia buat. “Mereka mampu beradaptasi dengan sangat cepat dengan gaya bermain yang baru. Mereka benar-benar memahami apa yang saya minta dan mereka mengeksekusinya dengan fantastis. Dan saya pikir itulah hal terpenting bagi saya sebagai pelatih,” ujar pelatih berusia 49 tahun itu.

Namun, untuk melangkah lebih jauh, kreativitas dan efektivitas bola akhir perlu segera disempurnakan. Jalan menuju 2026 mungkin masih panjang, tetapi fondasi identitas baru ini dapat menjadi batu loncatan penting untuk membawa Garuda ke jenjang yang lebih tinggi di panggung Asia dan global.

 

 

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *