FIFA kini berada di bawah sorotan publik setelah tragedi penembakan yang menewaskan aktivis konservatif Charlie Kirk pada 10 September 2025 di Orem, Utah. Kematian Kirk memicu desakan agar Amerika Serikat dicabut sebagai salah satu tuan rumah Piala Dunia 2026.
Kronologi Tragedi
Charlie Kirk, 31 tahun, ditembak saat menghadiri acara di Utah Valley University. Ia sedang membahas isu kekerasan senjata ketika insiden terjadi. Dua tersangka sempat ditahan, namun kemudian dibebaskan, dan pencarian pelaku masih berlangsung.
Kekhawatiran Keamanan Piala Dunia
Tragedi ini menimbulkan kekhawatiran luas mengenai keselamatan suporter dan pemain menjelang Piala Dunia 2026, yang akan digelar di tiga negara: Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. Sebagian besar pertandingan, termasuk babak perempat final hingga final, direncanakan berlangsung di AS.
Publik menyoroti tingginya angka kekerasan bersenjata di Amerika Serikat, termasuk insiden upaya pembunuhan terhadap Presiden Donald Trump pada 2024. Banyak yang berpendapat bahwa kondisi keamanan yang belum stabil dapat membahayakan jalannya turnamen.
Desakan di Media Sosial
Sejumlah pengguna media sosial menyerukan agar FIFA mempertimbangkan pemindahan lokasi pertandingan dari kota-kota di AS. Hashtag dan kampanye daring mulai muncul, menekankan pentingnya keselamatan publik dan legitimasi turnamen.
Tanggapan FIFA
Hingga kini, Presiden FIFA, Gianni Infantino, belum memberikan komentar resmi mengenai desakan ini. Namun tekanan publik terus meningkat, mengingat sejarah FIFA yang sebelumnya mencabut status tuan rumah dari negara lain akibat isu keamanan atau kontroversi politik, seperti Indonesia pada Piala Dunia U-20 2023.
Kesimpulan
Kematian Charlie Kirk menjadi titik peringatan tentang isu keamanan di Amerika Serikat menjelang ajang terbesar sepak bola dunia. FIFA menghadapi dilema besar: memastikan keselamatan peserta dan suporter, sambil mempertahankan jadwal Piala Dunia 2026 yang telah direncanakan bertahun-tahun. Masa depan AS sebagai tuan rumah kini menjadi perhatian global.