Kualifikasi Piala Dunia 2026 menjadi panggung drama besar bagi banyak tim nasional. Tidak hanya soal pertarungan di lapangan hijau, tetapi juga mengenai kursi panas para pelatih yang akhirnya harus terdepak. Sejumlah pelatih kehilangan jabatannya setelah gagal membawa timnya meraih tiket ke turnamen sepak bola paling bergengsi di dunia.
Tiga timnas yang mengalami nasib serupa adalah Moldova, Venezuela, dan Peru. Ketiganya sama-sama harus berpisah dengan pelatih mereka setelah perjalanan panjang penuh asa itu berakhir dengan kekecewaan mendalam.
Moldova Tersungkur, Clescenco Angkat Kaki
Moldova menjadi sorotan setelah menelan kekalahan memalukan dari Norwegia dengan skor telak 1-11 dalam laga Grup I zona Eropa. Hasil tersebut bukan hanya menambah luka, tetapi juga mencatatkan rekor terburuk sepanjang sejarah sepak bola Moldova.
Serghei Clescenco, sang pelatih, akhirnya memilih mundur. Dalam lima pertandingan, timnya tidak mampu mengoleksi satu poin pun, bahkan menutup fase grup dengan selisih gol minus 22. Situasi ini membuat posisi Clescenco tidak bisa dipertahankan.
Padahal, sejak mengambil alih tim pada 2021, Clescenco sempat memberi harapan dengan membawa Moldova promosi ke Liga C Nations League. Ia juga hampir membawa tim itu mencetak sejarah baru dengan lolos ke play-off Euro 2024. Namun, harapan tersebut runtuh setelah kekalahan telak melawan Norwegia.
Dalam pernyataan resmi, Clescenco berkata, “Selama hampir empat tahun ini, kami telah melalui banyak emosi bersama. Ada yang menyakitkan, tapi juga ada momen indah yang tak terlupakan.” Kata-kata itu menutup perjalanannya sebagai pelatih yang sempat dianggap bisa mengubah arah sepak bola Moldova.
Venezuela Gagal Lagi, Batista Didepak
Venezuela kembali menambah daftar panjang kekecewaan dalam sejarah sepak bolanya. Negara yang dijuluki La Vinotinto ini menjadi satu-satunya tim Amerika Selatan yang belum pernah mencicipi atmosfer Piala Dunia.
Pada laga penentuan melawan Kolombia, Venezuela sebenarnya hanya butuh kemenangan untuk meraih tiket ke play-off internasional. Namun, alih-alih mencatat hasil manis, mereka justru kalah 3-6. Nasib makin buruk karena di laga lain, Bolivia secara mengejutkan menumbangkan Brasil 1-0, dan posisi play-off pun direbut Bolivia.
Kegagalan ini membuat Federasi Sepak Bola Venezuela tidak punya pilihan lain selain memutus kontrak Fernando Batista. Pelatih berusia 55 tahun itu baru menjabat selama 20 bulan. Dalam pernyataan resmi federasi tertulis, “Tujuan dalam siklus ini tidak tercapai.”
Batista sebenarnya datang dengan harapan besar, membawa ide segar untuk membangkitkan sepak bola Venezuela. Namun, realitas berkata lain. Kekalahan di momen krusial membuktikan bahwa La Vinotinto masih jauh dari kata siap untuk bersaing di panggung terbesar dunia.
Peru Tenggelam, Ibanez Tak Bertahan Lama
Kisah pahit juga datang dari Peru. Tim berjuluk La Bicolor ini kembali gagal menorehkan prestasi setelah terakhir kali tampil di Piala Dunia 2018. Pelatih sementara, Oscar Ibanez, harus angkat koper lebih cepat setelah gagal memberikan dampak positif.
Dari enam laga yang ia pimpin, Peru hanya mampu meraih satu kemenangan. Catatan buruk itu membuat mereka finis di posisi kesembilan dari sepuluh peserta kualifikasi zona Amerika Selatan, hanya lebih baik dari Chile yang berada di dasar klasemen.
Ibanez sejatinya ditunjuk sebagai pengganti Jorge Fossati. Namun, harapan agar ia bisa mengembalikan semangat tim justru pupus. Federasi Sepak Bola Peru akhirnya memilih mengakhiri kerjasama, sebuah keputusan yang memperpanjang penantian panjang rakyat Peru untuk kembali melihat tim kesayangan mereka tampil di Piala Dunia.
Tren Pemecatan Pelatih di Tengah Tekanan Besar
Kegagalan tiga negara ini menunjukkan betapa besar tekanan di panggung kualifikasi Piala Dunia. Bagi banyak federasi, pelatih menjadi sosok pertama yang harus bertanggung jawab ketika target gagal tercapai.
Sepak bola modern tidak memberi ruang panjang bagi pelatih untuk membangun tim secara perlahan. Hasil cepat menjadi tuntutan utama, terutama ketika impian berlaga di Piala Dunia menjadi taruhan. Maka, tidak mengherankan jika kursi pelatih selalu menjadi yang paling panas saat tim nasional tersingkir lebih awal.
Harapan Baru di Tengah Luka
Meski pahit, pergantian pelatih juga bisa membuka peluang baru. Moldova kini harus mencari arsitek baru yang bisa membangkitkan semangat tim setelah kekalahan memalukan. Venezuela pun perlu membangun ulang fondasi sepak bola mereka agar tidak lagi menjadi satu-satunya negara Amerika Selatan yang absen dari Piala Dunia.
Sementara itu, Peru harus segera menentukan pelatih yang tepat agar generasi emas mereka tidak hilang begitu saja. Masyarakat masih menanti apakah federasi berani menunjuk pelatih berpengalaman dunia atau tetap memberi kesempatan pada pelatih lokal.
Yang pasti, kualifikasi Piala Dunia 2026 telah meninggalkan jejak emosional: air mata, rasa kecewa, dan perubahan besar yang mungkin menentukan arah masa depan sepak bola di tiga negara tersebut.
Kesimpulan
Drama pahit kualifikasi Piala Dunia 2026 membuktikan bahwa mimpi untuk tampil di turnamen terbesar dunia bukanlah perkara mudah. Moldova, Venezuela, dan Peru harus rela melihat harapan mereka runtuh, sekaligus menerima kenyataan pahit kehilangan pelatih.
Namun, dari setiap kegagalan selalu ada pelajaran. Ketiga negara itu kini punya kesempatan untuk berbenah, memperbaiki kesalahan, dan kembali dengan lebih kuat di masa depan.
#PialaDunia2026 #KualifikasiPialaDunia #TimnasMoldova #TimnasVenezuela #TimnasPeru #SepakBolaInternasional #DramaSepakBola