Timnas Arab Saudi secara resmi memperoleh tiket ke putaran final Piala Dunia 2026 setelah bermain imbang 0–0 melawan Irak di laga pamungkas Grup B putaran keempat Kualifikasi zona Asia.
Meskipun sama-sama memperoleh 4 poin dengan Irak, Arab Saudi unggul produktivitas gol — berkat kemenangan 3–2 atas Indonesia dalam putaran sebelumnya — dan karenanya berhak sebagai juara grup.
Dengan demikian, Arab Saudi bergabung dengan Qatar sebagai wakil Asia yang lolos lewat putaran keempat.
Pandit Belanda Ungkap Keanehan
Seorang pandit atau pengamat sepak bola asal Belanda menyatakan keheranannya terhadap cara Arab Saudi lolos ke Piala Dunia, dengan menekankan ada indikasi “kebetulan” atau elemen yang tak biasa di balik keberhasilan itu.
Pandit tersebut menyoroti fakta bahwa Arab Saudi ditetapkan sebagai tuan rumah untuk babak keempat kualifikasi, yang secara otomatis memberi keuntungan besar — dari segi kenyamanan laga, dukungan suporter, dan kondisi lapangan.
Beberapa kritik lain dari pengamat Belanda — misalnya Anco Jansen — meragukan kemampuan Arab Saudi untuk bersaing di Piala Dunia mendatang. Menurutnya, lolosnya Arab Saudi banyak bergantung pada hasil laga kandang dan faktor non-teknis.
Faktor-faktor Penunjang Kelolosan Arab Saudi
Berikut penguraiannya:
Faktor | Penjelasan |
---|---|
Keunggulan produktivitas gol | Walau poin sama, Arab Saudi punya catatan gol lebih baik dibanding Irak. |
Status tuan rumah putaran keempat | Menjadi tuan rumah memberi keuntungan besar (venue, dukungan lokal). |
“Keberpihakan” atau pengaruh AFC / organisasi | Pelatih Hervé Renard disebut menyebut adanya faktor keberpihakan dan peran organisasi dalam proses kelolosan timnya. |
Ketidakpastian lawan | Arab Saudi dan Irak sama-sama punya potensi, sehingga margin kemenangan kecil menjadi sangat vital. |
Tantangan Arab Saudi di Piala Dunia 2026
Meskipun telah lolos, pandangan skeptis tetap muncul dari pengamat Belanda bahwa Arab Saudi mungkin kesulitan bersaing di level dunia. Beberapa poin keraguan:
-
Kualitas lawan yang jauh lebih kuat dibanding tahap kualifikasi Asia.
-
Keterbatasan pengalaman bermain di turnamen besar secara konsisten.
-
Ketergantungan pada hasil kandang dan tekanan tinggi di laga tandang.
Anco Jansen dan beberapa pengamat lainnya menyebut bahwa lolos melalui keunggulan kandang bisa menjadi tameng sementara, tetapi di Piala Dunia nanti, tak ada jaminan itu akan cukup.