Setelah serangkaian hasil mengecewakan dalam ajang kualifikasi Piala Dunia 2026, PSSI akhirnya mengambil langkah tegas dengan mengumumkan bahwa mereka putus kontrak dengan Kluivert. Keputusan ini diambil setelah evaluasi mendalam terhadap performa tim nasional Indonesia yang dianggap belum memenuhi target yang telah ditetapkan. Meskipun langkah ini sulit, PSSI menilai perubahan diperlukan untuk memulai era baru sepak bola nasional yang lebih kompetitif dan profesional.
Sebelumnya, kehadiran Kluivert diharapkan mampu membawa semangat baru dan peningkatan kualitas permainan skuad Garuda. Namun, serangkaian hasil gagal di fase kualifikasi membuat posisi sang pelatih menjadi sorotan utama publik dan pengurus PSSI. Melalui rapat evaluasi, federasi akhirnya menyepakati bahwa kerja sama dengan pelatih asal Belanda itu tidak dapat dilanjutkan karena target menuju Piala Dunia 2026 tidak tercapai.
Selain itu, PSSI menegaskan bahwa keputusan putus kontrak ini bukan semata karena hasil pertandingan, tetapi juga sebagai bentuk tanggung jawab terhadap rencana jangka panjang pengembangan tim nasional. Dengan langkah ini, federasi berharap dapat menata ulang strategi, memperkuat infrastruktur pelatihan, serta mencari sosok pelatih baru yang lebih sesuai dengan visi jangka panjang Indonesia menuju panggung dunia.
Kluivert Gagal Penuhi Target, Evaluasi Menjadi Langkah Penting
Kedatangan Kluivert awalnya membawa harapan besar bagi sepak bola Indonesia. Dengan pengalaman internasional dan rekam jejak di level Eropa, banyak pihak optimistis bahwa kehadirannya akan membawa perubahan signifikan. Namun, seiring perjalanan waktu, performa tim yang tidak stabil dan sejumlah kekalahan penting membuat situasi semakin sulit. Akibatnya, PSSI harus mengambil keputusan putus kontrak demi menjaga konsistensi visi jangka panjang.
Meski demikian, keputusan ini tidak diambil secara tergesa-gesa. PSSI telah melakukan evaluasi komprehensif terhadap seluruh aspek, mulai dari strategi permainan, komunikasi tim, hingga mentalitas pemain di bawah asuhan Kluivert. Hasilnya menunjukkan bahwa sejumlah target utama, termasuk ambisi besar untuk menembus Piala Dunia 2026, belum menunjukkan perkembangan yang signifikan. Karena itu, PSSI menilai bahwa perubahan kepelatihan menjadi solusi paling realistis.
Langkah PSSI untuk mengakhiri kerja sama dengan Kluivert juga disambut beragam oleh publik. Sebagian pihak menilai keputusan ini tepat waktu agar tim nasional dapat segera melakukan adaptasi menjelang agenda internasional berikutnya. Namun, tidak sedikit yang menyayangkan karena proses pembinaan yang sudah berjalan belum diberi kesempatan lebih panjang. Meskipun begitu, PSSI tetap yakin bahwa keputusan putus kontrak ini merupakan bagian dari langkah pembenahan struktural demi masa depan sepak bola Indonesia yang lebih baik.
Misi Baru PSSI Menuju Piala Dunia 2026 dan Setelahnya
Setelah resmi putus kontrak dengan Kluivert, PSSI kini fokus menyiapkan rencana strategis baru untuk menghadapi tantangan ke depan. Federasi menargetkan peningkatan kualitas kompetisi domestik serta pembenahan sistem pelatihan pemain muda sebagai fondasi utama. Dengan cara ini, PSSI ingin memastikan bahwa kegagalan di kualifikasi Piala Dunia 2026 tidak terulang di masa depan.
Selain mencari pelatih pengganti yang tepat, PSSI juga tengah menyusun roadmap pembinaan berkelanjutan yang melibatkan akademi sepak bola, klub profesional, serta kerja sama internasional. Langkah-langkah tersebut diharapkan mampu menghasilkan regenerasi pemain yang kompetitif dan memiliki mental juara. Meskipun gagal di Piala Dunia 2026, federasi menegaskan bahwa ini bukan akhir perjalanan, melainkan titik balik menuju kesuksesan yang lebih besar.
Secara keseluruhan, keputusan PSSI untuk putus kontrak dengan Kluivert menjadi sinyal bahwa federasi tidak ingin berlama-lama dalam situasi stagnan. Dengan visi baru dan semangat pembaruan, PSSI berharap mampu membangun pondasi yang kokoh bagi masa depan sepak bola nasional.
Kesimpulan
Dengan berbagai rencana strategis yang tengah disiapkan, PSSI berkomitmen untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Federasi menegaskan bahwa kegagalan hari ini harus dijadikan pelajaran berharga untuk menatap masa depan dengan optimisme baru.