Amsterdam – Mimpi besar Timnas Indonesia untuk menembus Piala Dunia 2026 resmi berakhir. Langkah Garuda terhenti di Ronde 4 Kualifikasi Zona Asia setelah dua kekalahan menyakitkan dari kekuatan besar Timur Tengah: Arab Saudi dan Irak.

Duka kegagalan ini tak hanya terasa di lapangan, tetapi juga menyelimuti ruang ganti usai peluit panjang dibunyikan. Penyerang muda Indonesia yang berkarier di Belanda, Mauro Zijlstra, menjadi salah satu pemain yang menyuarakan isi hati skuad usai tersingkir.

Langkah Terhenti, Mimpi Pupus

Indonesia mengakhiri perjuangannya di Ronde 4 usai ditaklukkan Arab Saudi 2-3 dan Irak 0-1 dalam dua laga hidup-mati. Hasil itu menempatkan Indonesia di posisi juru kunci grup dan gagal melaju ke babak playoff antar-konfederasi.

Meski menyakitkan, pencapaian hingga babak keempat tetap tercatat sebagai sejarah baru dalam perjalanan sepak bola nasional. Untuk pertama kalinya, Timnas Indonesia mampu menembus tahap akhir kualifikasi Asia, melewati lawan-lawan berat seperti Vietnam dan Uni Emirat Arab di ronde sebelumnya.

Namun, sejarah saja belum cukup untuk menghapus rasa kecewa para pemain. Mauro Zijlstra, yang turut membela Timnas di fase akhir tersebut, tak menutupi betapa emosionalnya situasi di ruang ganti seusai laga.

“Ruang Ganti Sangat Sepi”

Dalam wawancara bersama ESPN, Zijlstra mengungkap bahwa atmosfer di balik layar benar-benar sunyi dan menyayat hati. Para pemain larut dalam kekecewaan dan menyadari betapa besarnya kesempatan yang telah terlewat.

“Ruang ganti sangat sepi. Beberapa pemain emosional. Semua orang seperti, ‘Ini adalah kesempatan terakhir untuk lolos’,” ucap Zijlstra.

Sebagai bagian dari generasi muda Timnas, Zijlstra tahu bahwa peluang semacam ini tidak datang setiap saat. Bermain di babak akhir kualifikasi, menghadapi negara-negara langganan Piala Dunia, dan hanya selangkah dari playoff — semua itu memberi beban emosional tersendiri.

“Kami tahu laga ini akan sangat sulit. Sayangnya, kami tidak berhasil. Tapi kami sudah memberikan yang terbaik,” imbuh penyerang berusia 22 tahun yang kini kembali ke klubnya, FC Volendam.

Pesan Pelatih dan Kapten: Terima Kasih dan Jangan Menyerah

Meski para pemain larut dalam kesedihan, semangat tetap dijaga oleh pelatih dan kapten tim. Dalam momen hening itu, pelatih Shin Tae-yong dan kapten Asnawi Mangkualam memberikan pesan penutup yang menguatkan.

“Setelah itu, pelatih dan kapten memberikan kata-kata lain. Mereka mengucapkan terima kasih kepada semua orang karena kita sudah sejauh ini bersama,” ungkap Zijlstra.

Pesan tersebut menegaskan bahwa perjuangan belum selesai. Meskipun Piala Dunia 2026 telah lepas dari genggaman, perjalanan panjang sepak bola Indonesia masih berlanjut.

Fokus Baru: Piala Asia 2027

Setelah kekecewaan ini, skuad Merah Putih langsung mengalihkan fokus ke Piala Asia 2027. Turnamen tersebut akan menjadi panggung baru bagi tim untuk menunjukkan perkembangan yang telah dicapai dan menebus kegagalan di kualifikasi Piala Dunia.

PSSI dan tim pelatih dipastikan akan melakukan evaluasi menyeluruh, termasuk dari sisi fisik, mental, taktik, dan pengembangan pemain muda.

“Kami ingin menjadikan kegagalan ini sebagai pelajaran. Perjalanan belum berakhir. Justru ini awal dari langkah yang lebih besar,” kata salah satu sumber internal PSSI.

Sebuah Awal, Bukan Akhir

Meski gagal lolos ke Piala Dunia, keberhasilan Indonesia menembus Ronde 4 tetap menjadi fondasi penting bagi masa depan sepak bola nasional. Generasi pemain seperti Zijlstra, Marselino Ferdinan, Rafael Struick, hingga Elkan Baggott menunjukkan bahwa Indonesia kini memiliki materi pemain yang mampu bersaing di level Asia.

Kegagalan kali ini bukan akhir dari cerita. Justru menjadi pengingat bahwa mimpi bisa dicapai, asalkan konsistensi, pembinaan, dan mentalitas juang terus dijaga.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *