Roma, Italia – Ketegangan di tubuh Timnas Italia semakin terasa jelang fase akhir kualifikasi Piala Dunia 2026. Di tengah tekanan yang semakin meningkat, pelatih utama Gli Azzurri, Gennaro Gattuso, membuat pernyataan mengejutkan dan penuh tanggung jawab: ia siap mundur dari jabatannya jika gagal membawa Italia ke turnamen sepak bola paling bergengsi di dunia itu.

Langkah ini bukan hanya pernyataan emosional sesaat, melainkan bentuk nyata dari filosofi kepemimpinan Gattuso yang selalu menekankan disiplin, kerja keras, dan tanggung jawab penuh atas hasil.


Penunjukan Gattuso: Awal Baru Italia

Gennaro Gattuso diangkat menjadi pelatih kepala Italia pada awal tahun 2025, menggantikan Luciano Spalletti, yang mengundurkan diri setelah kegagalan di UEFA Nations League dan performa mengecewakan di kualifikasi awal.

Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) menaruh harapan besar pada sosok Gattuso, yang dikenal sebagai simbol semangat juang dan loyalitas tinggi saat masih bermain sebagai gelandang bertahan tangguh.

Misi utama yang dibebankan padanya jelas: mengembalikan kejayaan Italia di panggung dunia, terutama setelah kegagalan menyakitkan Italia di dua edisi Piala Dunia terakhir — 2018 di Rusia dan 2022 di Qatar — di mana Gli Azzurri bahkan gagal lolos ke turnamen utama.


Pernyataan Tegas: “Jika Gagal, Saya Akan Pergi”

Dalam konferensi pers pasca kemenangan melawan Israel, Gennaro Gattuso mengatakan dengan nada serius:

“Jika saya tidak mampu membawa Italia ke Piala Dunia 2026, saya tidak layak berada di posisi ini. Saya tidak butuh diberi kesempatan kedua. Saya akan pergi. Kami tidak boleh menormalkan kegagalan.”

Pernyataan itu mendapat perhatian luas dari media Italia dan internasional. Banyak yang menilai itu sebagai bentuk komitmen penuh pada proyek Timnas Italia, namun ada juga yang menganggapnya langkah berisiko.

Gattuso menambahkan bahwa ia tidak ingin menjadi bagian dari “era kegagalan berulang”. Ia sadar, jabatan pelatih tim nasional bukan hanya soal taktik dan formasi, melainkan soal harga diri bangsa.


Situasi Italia di Kualifikasi: Masih Diambang Batas

Italia tergabung dalam Grup I zona Eropa bersama Norwegia, Estonia, Israel, Siprus, dan Kosovo. Meski memiliki rekor tak terkalahkan di enam laga terakhir, Italia masih tertinggal dari Norwegia dalam perolehan poin dan selisih gol.

Dengan dua laga tersisa, Italia harus menyapu bersih kemenangan dan berharap Norwegia terpeleset jika ingin lolos otomatis ke Piala Dunia 2026. Jika tidak, mereka harus menjalani babak playoff yang selalu menjadi momok menakutkan, mengingat Italia tersingkir di babak playoff oleh Makedonia Utara dalam kualifikasi 2022.

Dalam beberapa pertandingan terakhir, meski hasil positif didapat, Italia tetap menunjukkan kekurangan konsistensi, terutama dalam mengelola tekanan saat unggul dan menutup pertandingan. Mentalitas para pemain muda dinilai belum sepenuhnya matang untuk pertandingan krusial.


Tekanan dan Harapan Publik

Publik Italia memiliki standar tinggi terhadap tim nasionalnya. Tak heran, dua kegagalan beruntun di Piala Dunia sebelumnya membuat kepercayaan masyarakat terhadap federasi dan pelatih sangat tipis. Sosok Gattuso yang dikenal blak-blakan, emosional, dan penuh determinasi justru menjadi harapan baru.

Sejak penunjukannya, Gattuso memang menanamkan filosofi permainan yang lebih langsung, energik, dan agresif. Ia juga banyak memanggil pemain muda dari Serie A seperti Riccardo Calafiori, Giacomo Raspadori, hingga Tommaso Baldanzi, untuk membangun generasi baru Azzurri.

Namun semua inovasi itu tidak akan berarti jika Italia kembali gagal tampil di panggung Piala Dunia. Maka dari itu, Gattuso memilih untuk bertaruh dengan reputasinya sendiri.


Jika Gagal, Apa Konsekuensinya?

Mundurnya Gattuso — jika terjadi — akan membuka babak baru yang penuh ketidakpastian bagi FIGC. Artinya, dalam waktu singkat,Federasi harus segera mencari pelatih baru dan merombak strategi tim jelang EURO 2028.

Ini akan menjadi pukulan besar bagi kontinuitas program yang coba dibangun sejak kegagalan di 2022.

Beberapa nama seperti Roberto De Zerbi, Fabio Grosso, hingga Andrea Pirlo disebut-sebut sebagai calon suksesor potensial. Namun, tidak satu pun dari mereka memiliki kombinasi karisma dan pengalaman Gattuso di tingkat nasional dan internasional.


Kesimpulan: Taruhan Gattuso, Taruhan Bangsa

Keputusan Gattuso untuk menjadikan kelolosan ke Piala Dunia 2026 sebagai garis hidup dan mati kariernya di tim nasional menunjukkan besarnya tekanan yang dihadapi pelatih mana pun yang menukangi Italia. Namun, hal itu juga menunjukkan integritas dan keberanian yang semakin jarang ditemui di dunia sepak bola modern.

Kini, semua mata tertuju pada laga-laga penentuan yang akan dimainkan Italia dalam beberapa minggu ke depan. Gattuso tahu betul — di negeri yang menjunjung tinggi tradisi sepak bola, kemenangan adalah satu-satunya bahasa yang dipahami.

Dan jika gagal, ia tidak akan mencari alasan.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *