Striker muda Timnas Indonesia, Ramadhan Sananta, mengungkapkan isi hatinya setelah kegagalan Garuda melangkah ke putaran final Piala Dunia 2026. Bagi pemain berusia 21 tahun itu, hasil tersebut menjadi salah satu momen paling menyakitkan sepanjang kariernya di tim nasional. Ia masih merasa sulit melupakan bagaimana perjuangan keras seluruh skuad Indonesia akhirnya berujung pada hasil yang mengecewakan.
Bayangan Kegagalan yang Masih Melekat
Dalam sesi latihan bersama klubnya, Persis Solo, Sananta mengaku bahwa setiap kali melihat tayangan ulang pertandingan terakhir kualifikasi, dirinya selalu teringat betapa besarnya harapan seluruh bangsa Indonesia. Menurutnya, kekalahan itu bukan hanya soal hasil, melainkan juga tentang emosi, kebanggaan, dan mimpi yang sempat begitu dekat untuk diwujudkan.
“Saya masih belum bisa sepenuhnya menerima hasil itu. Kami semua sudah memberikan yang terbaik. Setiap latihan, setiap pertandingan, kami berjuang dengan sepenuh hati. Tapi kadang sepak bola memang kejam, hasil tidak selalu berpihak,” ujar Sananta dengan mata berkaca-kaca.
Ia juga menambahkan bahwa atmosfer dukungan suporter selama kualifikasi menjadi kenangan yang tak akan terlupakan. Ribuan pendukung yang memenuhi stadion, baik di kandang maupun tandang, membuatnya semakin terpacu untuk tampil maksimal.
Pelajaran Berharga untuk Generasi Baru
Meski masih dirundung kekecewaan, Sananta tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan. Ia memilih menjadikan pengalaman tersebut sebagai pelajaran berharga untuk kariernya ke depan. Bagi Sananta, kegagalan itu justru menjadi bahan bakar untuk bangkit dan membawa Indonesia lebih jauh di turnamen internasional mendatang.
“Kegagalan adalah bagian dari proses. Kami yang muda-muda harus menjadikannya motivasi. Masih banyak kompetisi yang menanti, seperti Piala Asia dan SEA Games. Saya ingin membuktikan bahwa Indonesia bisa lebih kuat di masa depan,” kata Sananta dengan penuh tekad.
Pemain asal Kepulauan Riau itu memang dikenal memiliki mental juang tinggi. Sejak debut bersama tim nasional, Sananta selalu tampil penuh semangat, bahkan ketika Indonesia menghadapi lawan-lawan kuat di level Asia.
Dukungan dari Patrick Kluivert
Pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert, juga memahami betul bagaimana beratnya perasaan para pemain muda setelah kegagalan di kualifikasi. Mantan bintang Barcelona itu mengapresiasi sikap profesional Sananta yang tetap fokus berlatih dan berusaha memperbaiki diri.
“Sananta adalah contoh nyata pemain muda yang punya semangat besar. Ia kecewa, tentu saja, tapi cara dia menyalurkan rasa kecewanya dengan bekerja lebih keras patut dihormati. Indonesia butuh pemain seperti dia,” puji Kluivert dalam konferensi pers di Jakarta.
Kluivert menambahkan bahwa tim pelatih saat ini tengah menyusun program latihan jangka panjang yang fokus pada pembentukan karakter dan konsistensi pemain muda. Ia ingin para pemain tidak hanya hebat secara teknis, tetapi juga kuat secara mental dalam menghadapi tekanan pertandingan besar.
Garuda Tak Pernah Padam
Meski gagal melangkah ke Piala Dunia 2026, dukungan publik terhadap skuad Garuda tak pernah surut. Di media sosial, tagar #GarudaTakPernahPadam dan #BangkitGaruda sempat menjadi trending, menandakan bahwa masyarakat tetap bangga dengan perjuangan timnas.
Ribuan suporter menuliskan pesan dukungan untuk para pemain, termasuk untuk Sananta. Banyak yang percaya bahwa generasi muda seperti dirinya adalah masa depan sepak bola Indonesia.
“Kami tetap bangga, kalian sudah berjuang,” tulis salah satu suporter di media sosial X.
Sananta pun mengaku terharu dengan besarnya dukungan itu. Ia berjanji akan terus bekerja keras agar suatu hari bisa membawa Indonesia kembali mencatat sejarah di pentas dunia.
Menatap Masa Depan Timnas Indonesia
Kini, Timnas Indonesia tengah mempersiapkan diri menghadapi serangkaian laga uji coba internasional sebagai bagian dari agenda FIFA Matchday. Laga-laga ini menjadi kesempatan penting bagi Kluivert untuk menguji strategi dan memantau perkembangan pemain muda seperti Sananta.
Berikut jadwal uji coba Timnas Indonesia yang sudah dikonfirmasi sementara:
-
Indonesia vs Yordania – 10 November 2025
-
Indonesia vs Uni Emirat Arab – 15 November 2025
-
Indonesia vs Malaysia – 20 Desember 2025
Pertandingan-pertandingan ini diharapkan bisa menjadi ajang pembuktian bahwa Garuda masih memiliki semangat juang tinggi meski gagal di kualifikasi.
“Saya ingin terus berkembang dan berkontribusi untuk tim. Mengenakan lambang Garuda di dada adalah kebanggaan terbesar dalam hidup saya,” tutup Sananta dengan senyum penuh keyakinan.
Penutup
Kisah Ramadhan Sananta menjadi cerminan bagaimana rasa cinta terhadap Tanah Air bisa tumbuh melalui sepak bola. Meski gagal di kualifikasi Piala Dunia 2026, semangat juang dan determinasi pemain muda seperti dirinya menjadi sinyal positif bahwa masa depan sepak bola Indonesia masih sangat cerah.
Garuda mungkin gagal terbang tinggi kali ini, namun keyakinan untuk bangkit tak akan pernah padam. Karena bagi Sananta dan seluruh pecinta sepak bola Tanah Air, mimpi Indonesia tampil di Piala Dunia hanyalah soal waktu, bukan sekadar harapan.