1. Mimpi Garuda yang Pupus di Tanah Arab
Harapan besar Timnas Indonesia untuk mencatat sejarah baru di Piala Dunia 2026 akhirnya kandas di tangan tim-tim kuat Asia. Dalam putaran keempat kualifikasi zona Asia, skuad Garuda yang tergabung di Grup B harus menelan dua kekalahan menyakitkan: 2–3 dari Arab Saudi dan 0–1 dari Irak. Dua hasil itu membuat Indonesia finis di posisi buncit tanpa satu pun poin.
Bagi pecinta sepak bola Tanah Air, kegagalan ini begitu menyesakkan. Setelah perjuangan panjang sejak putaran awal, langkah Garuda terhenti hanya selangkah lagi dari babak kelima. Arab Saudi melaju sebagai juara grup, Irak mengikuti di posisi kedua, sedangkan Indonesia pulang dengan tangan hampa.
Namun di balik kekalahan itu, muncul cerita lain yang jauh lebih mengejutkan — kisah tentang keanehan yang terjadi di balik layar.
2. Target Tak Realistis Sejak Awal
Sebelum kualifikasi dimulai, PSSI dan tim pelatih asal Belanda yang dipimpin Patrick Kluivert menandatangani kontrak dengan tiga target besar, salah satunya membawa Indonesia ke Piala Dunia 2026.
Sayangnya, bagi banyak pihak termasuk mantan asisten pelatih Alex Pastoor, misi itu sudah tampak mustahil sejak awal.
Dalam wawancara di program Rondo Ziggo Sport, Pastoor menyebut target itu “tidak logis” mengingat posisi Indonesia di peringkat 119 FIFA — jauh tertinggal dari Arab Saudi (peringkat 59) dan Irak (peringkat 58).
“Kami berusaha keras menjelaskan apa yang diharapkan kepada pemain, tapi kenyataannya, kualitas lawan berada di level yang jauh di atas kami,” ujar Pastoor.
Dengan skuad yang sebagian besar masih beradaptasi di level internasional, wajar jika tim pelatih menghadapi kesulitan besar. Tapi ternyata, bukan hanya soal kemampuan yang jadi sorotan.
3. Penasihat Klub Super League Bongkar ‘Keanehan’ di Arab Saudi
Setelah kepulangan tim dari Arab Saudi, tudingan keras datang dari Andre Rosiade, penasihat klub Semen Padang yang juga dikenal sebagai tokoh sepak bola nasional. Melalui akun Instagram-nya, Andre menuding tim pelatih Patrick Kluivert dan koleganya tidak menunjukkan keseriusan selama di Arab Saudi.
“Dasar Londo! Bagaimana mau lolos ke Piala Dunia kalau selama di Saudi simulasi taktik dan latihan game plan aja enggak pernah ada!” tulis Andre Rosiade dengan nada geram.
“Silakan BTN dan PSSI bantah kalau saya berbohong. Kalian yang tidak serius. Kalian yang tidak becus. Kalian sudah hancurkan mimpi kami ke Piala Dunia!”
Unggahan itu sontak menuai perhatian publik. Banyak yang mulai mempertanyakan profesionalitas tim pelatih asal Belanda tersebut. Apakah benar mereka tidak melakukan persiapan matang? Apakah para pemain hanya menjalani latihan ringan tanpa rencana strategi menghadapi Arab Saudi dan Irak?
Sampai kini, PSSI belum memberikan bantahan terbuka terhadap tudingan Andre. Namun sejumlah laporan media menyebut bahwa selama pemusatan latihan di Jeddah, intensitas latihan tim memang menurun dibandingkan fase sebelumnya.
4. Pemecatan Cepat dan Kekosongan Pelatih
Kegagalan di kualifikasi membuat PSSI mengambil langkah tegas. Pada Kamis (16 Oktober 2025), federasi resmi memecat Patrick Kluivert beserta seluruh asistennya dari Belanda. Keputusan itu diambil setelah rapat evaluasi di Jakarta yang dipimpin langsung oleh Ketua Umum PSSI, Erick Thohir.
Kini, kursi pelatih kepala Timnas Indonesia kembali kosong. Erick menegaskan bahwa rumor kedatangan Louis van Gaal maupun kembalinya Shin Tae-yong hanyalah spekulasi.
“Kami ingin pelatih yang tidak hanya punya nama besar, tapi juga memahami karakter sepak bola Indonesia,” tegas Erick dalam konferensi pers.
Federasi tengah menjajaki sejumlah nama baru, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Meski begitu, PSSI menargetkan pelatih permanen sudah bisa memimpin tim sebelum agenda FIFA Matchday November 2025 dimulai.
5. Suara dari Dalam: Evaluasi dan Pengakuan
Sementara itu, Alex Pastoor dalam wawancara lanjutan menambahkan bahwa masalah utama bukan semata kemampuan pemain, tapi komunikasi dan adaptasi pelatih yang berjalan lambat.
“Kami membawa metode Eropa ke tim yang masih berkembang. Ternyata butuh waktu lebih lama dari yang kami perkirakan,” ungkapnya.
Beberapa pemain juga dikabarkan sempat merasa bingung dengan sistem latihan yang berubah-ubah menjelang pertandingan penting. Hal ini membuat ritme permainan Garuda tidak stabil di lapangan.
Situasi tersebut memperkuat dugaan bahwa koordinasi internal di bawah Kluivert memang tidak berjalan harmonis. Hasilnya pun terlihat jelas — dua laga penting berakhir dengan kekalahan tipis tapi fatal.
6. Saatnya Menatap ke Depan
Kegagalan kali ini memang pahit, namun bukan akhir segalanya. Indonesia sejatinya telah menembus babak keempat kualifikasi — pencapaian terbaik dalam sejarah modern sepak bola nasional. Itu bukti bahwa Garuda memiliki potensi besar bila dibangun dengan benar.
PSSI kini dihadapkan pada pekerjaan rumah besar: memilih pelatih yang bisa menggabungkan taktik modern dengan pemahaman mendalam terhadap karakter pemain lokal. Regenerasi juga harus dipercepat agar pemain muda bisa tampil lebih matang di level Asia.
Selain itu, sinergi antara klub dan tim nasional wajib diperkuat. Banyak talenta muda di Liga 1 yang layak mendapat kesempatan tampil di skuad utama. Dengan pembinaan berkelanjutan dan kompetisi yang sehat, peluang Indonesia menembus Piala Dunia 2030 masih terbuka lebar.
7. Garuda Masih Bisa Terbang
Dari kegagalan ini, ada pelajaran berharga: sepak bola bukan hanya tentang ambisi, tapi juga konsistensi dan profesionalitas. Keanehan yang terungkap selama masa kepemimpinan Kluivert menjadi cermin bahwa keseriusan dan strategi matang adalah fondasi utama menuju sukses.
Kini semua mata tertuju pada PSSI. Publik menanti gebrakan baru, pelatih baru, dan semangat baru untuk mengembalikan kepercayaan diri Garuda.
Sebab meski gagal ke Piala Dunia 2026, Indonesia sudah membuktikan bahwa mimpi itu tidak mustahil — hanya tertunda. Dengan perencanaan yang lebih matang dan komitmen kuat, bukan tak mungkin Merah Putih akhirnya bisa berkibar di ajang sepak bola paling bergengsi dunia.
Kesimpulan :
Kegagalan Timnas Indonesia melaju ke Piala Dunia 2026, yang berujung pada pemecatan Patrick Kluivert dan stafnya, memicu polemik sengit. Ada dua narasi utama yang saling berhadapan: realisme target vs. profesionalisme pelatih. Mantan asisten pelatih, Alex Pastoor, menilai target lolos ke Piala Dunia 2026 adalah hal yang tidak realistis mengingat peringkat FIFA Indonesia yang jauh tertinggal dari rival kuat seperti Arab Saudi dan Irak.
Di sisi lain, Andre Rosiade, penasihat klub Super League, justru menuding kegagalan tersebut akibat kurangnya keseriusan tim pelatih Belanda. Rosiade secara eksplisit menuduh Kluivert dkk tidak melakukan simulasi taktik dan latihan game plan yang memadai selama berada di Arab Saudi. Kedua pernyataan ini menyoroti bahwa masalah Timnas bukan hanya soal kualitas pemain, tetapi juga perencanaan strategis di level manajemen dan kepelatihan. Kini, PSSI berada di bawah tekanan besar untuk segera menentukan pelatih baru yang tidak hanya mampu membawa Indonesia bersaing di Piala AFF dan Piala Asia 2027, tetapi juga mengakhiri drama kontroversial ini.
#TimnasIndonesia #PatrickKluivert #PialaDunia2026 #KualifikasiPialaDunia #AndreRosiade #AlexPastoor #PSSI #GarudaDiDadaku #SepakBolaIndonesia #EvaluasiPelatih


