Sebagai permulaan, publik sepak bola menaruh ekspektasi tinggi terhadap Trent Alexander-Arnold saat diperkenalkan sebagai pemain anyar Real Madrid. Dengan reputasinya sebagai bek sayap kreatif, kehadirannya dianggap bisa memperkuat lini belakang dan distribusi bola. Namun demikian, kenyataan di lapangan berkata lain. Dalam laga debutnya, performa Trent tampak kurang menyatu dengan gaya bermain Los Blancos.
Selain itu, media Spanyol seperti Marca dan AS langsung menyoroti sejumlah kesalahan elementer dari sang pemain. Mereka menilai bahwa Trent terlalu sering kehilangan bola di area berbahaya. Bahkan, ia gagal menunjukkan kualitas umpan silang yang selama ini menjadi andalannya di Liverpool. Oleh karena itu, kritik pun muncul dari berbagai kalangan, termasuk mantan pemain dan pengamat.
ebih lanjut, pelatih Carlo Ancelotti mencoba meredam suasana dengan memberikan pembelaan terhadap Trent. Menurutnya, adaptasi adalah hal yang wajar, apalagi bagi pemain yang baru datang dari liga berbeda. Namun, banyak fans merasa pembelaan tersebut terlalu dini. Justru, mereka berharap Alexander-Arnold menunjukkan kualitasnya sejak laga perdana.
Kemudian, analisis performa menunjukkan bahwa Trent mengalami kesulitan dalam membaca pergerakan lawan. Hal ini terlihat saat Madrid menghadapi tim papan tengah La Liga yang bermain cepat. Ia kerap terlambat menutup ruang dan gagal memotong aliran bola. Akibatnya, Real Madrid beberapa kali kebobolan dari sisi kanan pertahanannya.
Tak hanya itu, sejumlah pengamat mempertanyakan keputusan Ancelotti memainkan Trent sebagai bek kanan murni. Di Liverpool, ia sering kali diberi kebebasan untuk naik ke tengah sebagai playmaker. Namun di Madrid, peran tersebut tidak diberikan. Sebaliknya, ia dituntut bermain lebih disiplin sebagai bek bertahan yang solid dalam duel satu lawan satu.
Sebagai contoh, dalam laga melawan Sevilla, Trent menunjukkan kelemahan dalam duel udara. Penyerang lawan dengan mudah memenangi duel dan menciptakan peluang. Hal ini membuat lini pertahanan Madrid terlihat rapuh. Meski begitu, masih ada pendukung yang percaya bahwa ini hanya fase awal adaptasi bagi sang pemain.
Di sisi lain, ekspektasi terhadap Trent sangat tinggi karena ia datang dengan status bintang. Transfernya digadang-gadang sebagai salah satu perekrutan terbaik musim ini. Namun seiring berjalannya waktu, performanya belum juga stabil. Oleh sebab itu, media mulai membandingkannya dengan bek kanan Madrid sebelumnya yang tampil lebih konsisten.
Berbeda dari musim-musim sebelumnya, kini tekanan media Spanyol jauh lebih besar. Mereka tidak segan memberikan rating rendah pada pemain yang tampil di bawah standar. Dalam laporan harian, Trent mendapat nilai yang sangat buruk. Selain itu, sorotan kamera saat pertandingan pun selalu mengarah padanya saat terjadi kesalahan di lapangan.
Meskipun begitu, Trent tetap menunjukkan profesionalisme tinggi. Ia tetap menghadiri sesi latihan tepat waktu dan berusaha memperbaiki kekurangannya. Ia juga aktif berinteraksi dengan rekan setim untuk membangun komunikasi lebih baik. Dengan sikap ini, banyak yang menilai bahwa Trent memiliki etos kerja yang bisa membantunya berkembang.
Namun demikian, waktu tidak berpihak pada Trent bila performanya tak kunjung membaik. Kompetisi di dalam skuad Real Madrid sangat ketat. Jika gagal menunjukkan perkembangan, ia bisa saja kehilangan tempat di starting XI. Maka dari itu, setiap pertandingan ke depan menjadi sangat penting untuk membuktikan dirinya layak berada di klub sebesar Madrid.
Selanjutnya, sejumlah analis menyarankan agar Ancelotti memberikan peran yang lebih fleksibel pada Trent. Mereka percaya bahwa kemampuan umpan dan visinya akan lebih optimal jika diberi kebebasan menyerang. Akan tetapi, perubahan skema tidak bisa dilakukan sembarangan karena bisa mengganggu keseimbangan tim secara keseluruhan.
Selain itu, tekanan juga datang dari para pendukung yang dikenal sangat vokal. Mereka tidak segan menunjukkan ketidakpuasan di stadion jika ada pemain yang tampil buruk. Trent pun menjadi salah satu pemain yang mendapat siulan tidak sedap dari tribun. Situasi ini tentu tidak mudah, apalagi bagi pemain yang baru merasakan atmosfer La Liga.
Karena itu, dukungan internal dari manajemen klub sangat penting. Manajemen harus bisa memberikan perlindungan psikologis terhadap pemain baru. Beberapa klub besar bahkan menyediakan psikolog khusus untuk menjaga kondisi mental pemain. Bila hal ini diterapkan di Madrid, maka Trent mungkin bisa melewati masa sulitnya dengan lebih baik.
Pada akhirnya, masa depan Trent Alexander-Arnold di Madrid sangat bergantung pada bagaimana ia merespons kritik ini. Jika ia mampu menjadikan tekanan sebagai motivasi, bukan tidak mungkin ia akan menjadi pilar penting dalam skuad. Namun sebaliknya, jika ia terpuruk, Madrid bisa saja melepasnya lebih cepat dari yang diperkirakan.
Kesimpulannya, debut Trent Alexander-Arnold di Real Madrid bukanlah awal yang sempurna. Performa yang belum stabil membuatnya menjadi sasaran kritik media Spanyol. Meski begitu, potensi dan kerja kerasnya masih bisa menyelamatkan kariernya di ibukota Spanyol. Oleh karena itu, waktu dan kesempatan menjadi dua hal yang akan menentukan nasibnya ke depan.