Setelah pemerintah dan DPR menyetujui UU Haji, karier Gus Irfan semakin bersinar karena BPHI kini bertransformasi menjadi Kementerian Haji dan Umrah.
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5329652/original/027377200_1756292285-IMG_9373.jpeg)
Presiden Prabowo Subianto hari ini, Senin (8/9/2025) resmi melantik Mochamad Irfan Yusufsebagai Menteri Haji dan Umrah. Kementerian ini adalah instansi baru dalam sejarah Indonesia.
K.H. Mochamad Irfan Yusuf, yang lebih dikenal dengan sebutan Gus Irfan, mulai dikenal luas di tingkat nasional setelah Presiden Prabowo Subianto mengangkatnya sebagai Kepala Badan Penyelenggara Haji (BPHI) pada tanggal 22 Oktober 2024 di Istana Negara, Jakarta.
Pengangkatannya ini menjadi sorotan publik dan menandai langkah penting dalam karirnya.
Karier Gus Irfan semakin bersinar setelah pemerintah dan DPR mengesahkan Undang-Undang Haji, yang mengakibatkan BPHI bertransformasi menjadi Kementerian Haji dan Umrah. Pada hari Senin, 8 September, Presiden Prabowo secara resmi melantik Gus Irfan sebagai Menteri Haji dan Umrah, sebuah posisi yang membawa tanggung jawab besar.
Pelantikan ini bukan hanya sekadar formalitas, tetapi juga menandakan awal baru bagi seorang ulama yang telah lama berkontribusi di dunia pesantren, organisasi keagamaan, dan politik nasional. Perjalanan Gus Irfan menunjukkan komitmennya dalam mengabdi kepada masyarakat dan memperkuat nilai-nilai keagamaan di Indonesia.
Trah Tebuireng
Gus Irfan dilahirkan di Jombang pada tanggal 24 Juni 1962. Ia adalah anak dari KH Yusuf Hasyim dan merupakan cucu dari KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama. Dengan latar belakang keluarga ulama terkemuka di Tebuireng, Gus Irfan menjadi bagian dari garis keturunan yang memiliki pengaruh besar dalam sejarah Islam dan perkembangan kebangsaan Indonesia.
Sejak masa kanak-kanaknya, ia telah dibesarkan dalam lingkungan yang sangat religius di Jombang.
Pendidikan formalnya dimulai di daerah asalnya dan ia berhasil menyelesaikan pendidikan di SMPP Jombang (yang kini dikenal sebagai SMAN 2 Jombang) pada tahun 1981.
Setelah itu, Gus Irfan melanjutkan pendidikannya di Universitas Brawijaya Malang, di mana ia meraih gelar sarjana pada tahun 1985. Ia kemudian melanjutkan untuk menyelesaikan program magister di universitas yang sama, memperdalam ilmunya dan memperkuat fondasi pendidikan yang telah ia bangun sebelumnya.
Karier di Pesantren dan Perekonomian
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5238973/original/069202500_1748782422-WhatsApp_Image_2025-06-01_at_16.54.40.jpeg)
Keterlibatan Gus Irfandalam dunia pesantren sudah dimulai sejak ia masih muda. Pada tahun 1989, ia diangkat sebagai Sekretaris Umum Pondok Pesantren Tebuireng, yang merupakan lembaga pendidikan Islam yang didirikan oleh kakeknya.
Sejak saat itu, perannya semakin berkembang. Selain mengasuh Pesantren Al-Farros yang ia pimpin sejak tahun 2006, Gus Irfan juga berupaya memperkuat aspek ekonomi pesantren.
Ia menjabat sebagai komisaris utama di PT BPR Tebuireng selama dua dekade, dari tahun 1996 hingga 2016. Selain itu, ia juga mengajar di Akademi Keperawatan Widyagama antara tahun 2013 hingga 2016.
Pengalamannya yang beragam ini membuatnya menjadi seorang ulama yang memiliki wawasan luas.
Dengan demikian, ia tidak hanya menguasai pendidikan agama, tetapi juga memiliki pengetahuan yang mendalam dalam manajemen dan ekonomi.
Keterlibatan dalam NU dan Forum Keagamaan
Di kalangan Nahdlatul Ulama (NU), Gus Irfan dikenal sebagai sosok yang sangat aktif dalam berbagai lembaga. Ia pernah memimpin Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI), yang merupakan badan otonom NU yang bertugas mengelola pesantren-pesantren.
Saat ini, ia menjabat sebagai Wakil Ketua Lembaga Perekonomian NU (LPNU) yang berfokus pada upaya pemberdayaan ekonomi umat. Selain itu, Gus Irfan sering muncul dalam forum-forum keagamaan dan sosial, menyampaikan pesan-pesan Islam moderat yang menjadi ciri khas NU.
Gus Irfan memiliki pandangan yang banyak diperhatikan terkait isu-isu seperti pluralisme, kebhinekaan, dan dialog antaragama. Dalam setiap kesempatan, ia berusaha untuk mengedepankan nilai-nilai toleransi dan saling menghargai di antara berbagai kelompok.
Dengan demikian, kontribusinya tidak hanya terbatas pada ranah ekonomi, tetapi juga mencakup aspek sosial dan keagamaan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat.
Seperti yang sering ia katakan, “Dialog lintas agama adalah kunci untuk menciptakan kedamaian dan saling pengertian.” Hal ini menunjukkan komitmennya terhadap upaya membangun harmoni di tengah-tengah masyarakat yang beragam.
Aktivitas Politik dan Arena Nasional
Walaupun memiliki latar belakang di pesantren, Gus Irfan sudah mengenal dunia politik dengan baik. Dalam Pilpres 2019, ia berperan sebagai juru bicara untuk tim pemenangan pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.
Hubungannya yang erat dengan Partai Gerindra membawanya untuk mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dalam Pemilu 2024. Mewakili daerah pemilihan Jawa Timur VIII, Gus Irfan berhasil mengumpulkan 77.433 suara, sehingga ia secara resmi terpilih menjadi anggota DPR RI untuk periode 2024–2029.