Media Vietnam Sentil Sikap Vanenburg
Sikap Gerald Vanenburg, Pelatih Timnas Indonesia, kembali menjadi bahan perbincangan hangat setelah salah satu media Vietnam, The Thao 247, menyoroti perilakunya yang dianggap “kurang ramah”. Media tersebut secara terang-terangan menyebut Gerald Vanenburg sebagai sosok yang sombong dan dingin, terutama ketika berada di satu forum bersama pelatih Vietnam, Kim Sang-sik.
Dalam artikel yang diunggah pada Selasa malam, media tersebut menyindir bahwa Pelatih Timnas Indonesia seperti merasa terlalu tinggi untuk berinteraksi dengan pelatih lawan. Hal ini muncul setelah video singkat yang memperlihatkan Gerald Vanenburg tidak menyapa atau berbicara sedikit pun kepada Kim Sang-sik menjadi viral di media sosial.
Kim Sang-sik Tak Disapa, Vanenburg Jadi Sorotan
Ketegangan antara Pelatih Timnas Indonesia, Gerald Vanenburg, dan Kim Sang-sik seolah tersirat ketika keduanya hadir dalam sesi konferensi pers jelang laga Indonesia vs Vietnam. Dalam video yang viral, Gerald Vanenburg terlihat duduk tanpa menyapa Kim Sang-sik, meski pelatih Vietnam tersebut sempat menoleh dan tersenyum.
Momen tersebut langsung ditangkap oleh media Vietnam sebagai bentuk ketidaksopanan dan kesombongan. Komentar seperti “tidak pantas” dan “pelatih Indonesia lupa budaya Asia” memenuhi kolom berita dan media sosial.
Pihak Vietnam menilai, sebagai Pelatih Timnas Indonesia, Vanenburg seharusnya menunjukkan sikap respek, terutama di ajang besar seperti Piala AFF U-23. Mereka menyebut, “Bukan karena menang melawan Filipina, lalu Vanenburg bisa bertingkah sesuka hati.”
Respons Netizen dan Media Indonesia
Reaksi dari netizen Indonesia pun terbelah. Beberapa mendukung sikap Gerald Vanenburg, menyebutnya sebagai bentuk fokus dan profesionalisme. Namun, tak sedikit pula yang menilai pelatih asal Belanda itu terlalu dingin dan seharusnya menunjukkan sikap hormat terhadap lawan, terutama di Asia yang menjunjung tinggi etika.
Media lokal di Indonesia mulai mengulas sikap Pelatih Timnas Indonesia ini, membandingkannya dengan pelatih sebelumnya, seperti Shin Tae-yong yang dikenal lebih ekspresif namun tetap menjaga komunikasi dengan pelatih lawan.
Ada pula yang menyebut, “Gerald Vanenburg tidak sombong, dia hanya serius. Tapi mungkin harus belajar budaya Asia sedikit.”
Gerald Vanenburg: Fokus Timnas atau Arogan?
Gerald Vanenburg, mantan legenda sepak bola Belanda dan kini Pelatih Timnas Indonesia, memang dikenal sebagai sosok yang tenang dan serius. Namun sikap tersebut mulai disalahartikan sebagai kesombongan, terutama oleh media asing.
Dalam wawancara sebelumnya, Vanenburg sempat menyatakan bahwa dirinya lebih memilih berbicara di lapangan ketimbang basa-basi. Hal ini mungkin menjadi akar dari semua persepsi media Vietnam yang menilainya arogan.
Namun pertanyaannya kini, apakah memang Gerald Vanenburg bersikap arogan, atau media Vietnam terlalu sensitif jelang laga panas kontra Garuda Muda?
Situasi Menjelang Laga Panas Indonesia vs Vietnam
Pertemuan antara Indonesia vs Vietnam di ajang Piala AFF U-23 selalu dibumbui ketegangan, baik di lapangan maupun di luar lapangan. Kali ini, konflik psikologis muncul sebelum kick-off, dengan Gerald Vanenburg sebagai sasaran kritik.
Sebagai Pelatih Timnas Indonesia, Vanenburg dinilai memainkan mind game menjelang pertandingan. Dengan tidak menyapa Kim Sang-sik, ia disebut sedang menekan mental Vietnam secara halus.
Namun dari sisi sebaliknya, ini juga bisa berisiko memancing emosi dan memicu semangat balas dendam dari para pemain Vietnam yang merasa “direndahkan”.
Kesimpulan: Polemik atau Salah Paham?
Kasus Gerald Vanenburg disebut sombong oleh media Vietnam bisa jadi hanyalah salah paham budaya. Di Eropa, ketegangan pra-pertandingan adalah hal yang biasa, tapi di Asia, sikap saling menghormati dianggap sebagai etika dasar, terlebih antara sesama pelatih.
Sebagai Pelatih Timnas Indonesia, Vanenburg kini berada di sorotan. Apakah dia akan merespons tudingan ini? Atau justru membiarkan permainan di lapangan berbicara?
Yang pasti, pertandingan Indonesia vs Vietnam dipastikan akan berlangsung panas, tidak hanya karena gengsi, tetapi juga karena isu-isu non-teknis seperti ini yang terus digoreng media.